Kementan Pacu Pangan Lokal Sebagai Pangan Alternatif

Jakarta, Swatani.id

Sumber daya pangan lokal menjadi pangan alternatif saat ini sedang digalakkan pemerintah. Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan 6 produk pangan yang bisa menjadi input rice yaitu jagung, ubikayu, talas, pisang, sagu dan kentang. Pada acara webinar dengan Lemhanas hari Rabu (11/11), Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyebut Indonesia memiliki potensi bahan pangan lokal sangat besar yang bisa diolah untuk memenuhi kecukupan gizi.

Suwandi mengatakan bahwa Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

Dengan potensi bahan pangan yang sangat besar tersebut, masyarakat Indonesia seharusnya sangat mampu melakukan diversifikasi pangan, yaitu tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja.Upaya membangkitkan pangan lokal dapat dilakukan dengan pendekatan sisi permintaan. “Kita mulai gaungkan tren baru konsumsi pangan lokal sebagai gaya hidup, peraturan konsumsi pangan lokal dan operasionalnya melalui kampanye cintai produk dalam negeri atau pangan lokal,” ujar Suwandi.

Ia berharap mulai adanya branding bahwa pangan lokal bukan barang inferior. Secara luas, bisa dengan peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menyajikan makanan pangan lokal dalam berbagai acara.

Tidak hanya sampai di sana, kini dalam mendukung upaya lumbung pangan Kementan juga mulai menggarap metode pertanian pola pertanian terintegrasi dengan menerapkan nol limbah yang belakangan ini banyak ditekuni petani untuk memenuhi berbagai kebutuhan pangan secara holistik dalam satu lahan. Pola pertanian terpadu ini merupakan pengelolaan pertanian terpadu, dimana dalam satu hamparan dibudidayakan banyak komoditas yakni padi, sayur, ayam, lele, sapi dan komoditas pangan lainnya.

“Dalam mewujudkan kemandirian pangan Kementan juga sangat mendukung petani dalam melakukan metode pertanian terintegrasi dengan zero waste yang berarti penggunaan eksternal input diminimalisir, apa yang ada di dalam diputar agar efisien di sisi input. Bahkan bisa sampai 4 kali tanam selama, ”ungkap Suwandi.

Ia menambahkan Kementan di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo sangat serius mendorong pengembangan pola pertanian terintegrasi ini melalui pemberian bantuan KUR, bantuan bibit dan sarana produksi lainnya. Pola ini menjadi model untuk dikembangkan di berbagai daerah sehingga ketahanan pangan nasional didukung oleh semua daerah dan peningkatan kesejahteraan petani secara holistik di seluruh wilayah Indonesia.

Akhmad Fauzi dari FEMA IPB menambahkan bahwa kekuatan pasar akan terdorong dari ucapan seorang tokoh atau aktor utama. Contohnya pada ucapan seorang Perdana Menteri Pakistan untuk mendorong telur konsumsi dalam negeri, pasar pun akan merespon dengan baik dan meningkat. Ia mengatakan bahwa peran pempim ini sangat besar untuk mengubah pola hidup masyarakatnya. Ketika pemimpin yang memberi dampak maka dampaknya akan luar biasa. karena peran dari seseorang yang menjadi panutan itu akan berdampak luar biasa.

Di dalam kandungan pangan lokal yang menjadi kearifan lokal atau budaya masyarakat setempat yang terkandung nilai gizi yang luar biasa. Contohnya seperti budaya masyarakat Jogjakarta untuk memasak lodeh saat bencana. “Di dalam kandungan sayuran tersebut ternyata sangat banyak manfaat gizinya, tukas Akhmad Fauzi.

Senada dengan hal tersebut, Afrizal Gindow dari PT East West Seed Indonesia mengaku pihaknya turut dan mengembangkan produksi pangan di Indonesia. Salah satu yang menjadi fokusnya adalah produk hortikultura. “Tanaman hortikultura ini umurnya yang pendek yang dijadikan sebagai pangan alternatif, kita harus cari alternatifnya tidak hanya kepada pangan padi jagung dan kedelai saja tapi ada alternatif lainnya,” ujarnya.Beberapa produk pangan alternatif sudah mereka keluarkan seperti bawang merah, semangka, jagung manis, jagung ungu, ketan, serta labu. Afrizal mengatakan permintaan benih hampir lima kali lipat meningkat dan datangnya kebanyakan dari masyarakat perkotaan, terutama kaum ibu-ibu milenial.

“Mumpung meningkat minatnya, jangan sampai nanti kendor. Makanya kami sedang berpacu untuk meningkatkan Partisipasi anak muda, ”ujarnya. Dengan mengenalkan hidroponik sayuran, Afrizal ingin masyarakat bisa memanfaatkan lahan sempit dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Saya senang kaum, militer tidak lagi mengatakan pertanian adalah kaum terbelakang. Dan saat ini kami juga sedang membina juga olahan pangan, mengenalkan untuk pelatihan ke pelajar SMK. Untuk itu perlu dukungan penuh seperti dari walikota dan Bupati untuk adakan pelatihan, ”sebutnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *