Bogor, Swatani.id
Anggota Komisi IV DPR RI mendukung langkah Kementerian Pertanian yakni optimalisasi Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk memperkuat kedaulatan pangan dan energi. Optimalisasi PSR merupakan program yang dapat membangkitkan perekonomian desa, sebab tidak hanya memajukan komoditas kelapa sawit, namun juga menyediakan areal tanam baru melalui sistem tumpang sari bagi komoditas pangan lainnya dan limbah batang sawit dapat dijadikan sumber energi baru terbarukan.
“PSR merupakan program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas serta mengurangi risiko pembukaan lahan illegal. Melalui PSR, produktivitas lahan milik pekebun rakyat bisa ditingkatkan tanpa melalui pembukaan lahan baru,” demikian dikatakan Anggota Komisi IV DPR RI, Mindo Sianipar pada Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Optimalisasi Program Nasional Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Dan Energi” di Bogor, Kamis (27/5/21).
Lebih lanjut Mindo mengatakan optimalisasi PSR dapat memberikan lahan baru bagi komoditas tanaman pangan dan limbah batang sawit dapat diolah menjadi sumber energi baru terbarukan. Artinya, kegiatan ini dapat mencovery perekonomian di pedesaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Saya harapkan kita tidak terpaku dengan peluang ekspor. Namun yang harus dipikirkan adalah bagaimana menghasilkan komoditas olahan untuk diekspor. Misalnya talas dan porang, jangan sampai umbinya diekspor. Ini sangat berbahaya karena negara luar dapat mengembangkannya untuk dijadikan bibit sehingga ekspor kita hanya berjalan 3 sampai tahun 4 tahun saja,” terangnya.
Perlu diketahui, berdasarkan hasil kajian Komite Upgrading Biomassa Indonesia ( LKN KUBMINDO ), limbah batang sawit yang selama ini tidak termanfaatkan dan menjadi habitat berkembang biaknya ganoderma dan serangga perusak, dapat dimanfaatkan menjadi Wood Pellet dengan baku mutu di atas rata-rata produk yang sama yang berasal dari bahan kayu sonokeling, sengon, albasia, kruing, meranti dan kayu keras lainya terutama dari segi kilo kalori, sulphur dan kadar abu. Hasil upgrading replanting sawit setelah dibuat bio pellet sebesar 4800 hingga 5000 kilo kalori perkilogram (kcal per kg) sehingga wood pellet merupakan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
Di tempat yang sama, Staf Khusus Menteri Pertanian, Prof. Imam Mujahidin Fahmid mengatakan Indonesia memiliki luas lahan sawit 16,38 juta hektar (ha) dengan luas lahan sawit rakyat 6,72 juta ha dan potensi peremajaan sawit rakyat 2,78 juta ha yang umurnya sudah sangat tidak produktif. Kementan terus mendorong optimalisasi PSR yang dapat juga memberikan manfaat untuk menghadirkan areal tanam baru bagi komoditas pangan lainnya yang dapat ditumpangsarikan dengan kelapa sawit.
“Kita harus pikirkan kira-kira komoditi apa yang bisa ditumpangsarikan dengan kelapa sawit yang membutuhkan waktu produksi jangka pendek misalnya kedelai, porang atau kacang-kacangan yang lain yang bisa menghasilkan memberi tambahan pendapatan untuk petani karena petani tidak boleh berhenti pendapatannya. Mereka harus jalan terus,” terang Imam.
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Heru Tri Widarto menambakan optimalisasi PSR disamping menjadi program untuk meningkatkan berbagai aspek dalam industri kelapa sawit dari hulu sampai hilir, ternyata juga berpeluang mendorong diversifikasi melalui integrasi dan sinergi dengan sektor lainnya. Lahan kelapa sawit yang diremajakan dapat dikelola dengan sistem tumpang sari selama kurun waktu 3 sampai dengan 4 tahun dengan berbagai komoditas tanaman, seperti jagung, kedelai, kacang hijau, porang, jahe, kunyit dan kencur.
“Di sektor energi khususnya energi baru terbarukan, memanfaatkan batang kelapa sawit yang selama ini terbuang untuk diolah menjadi Wood Pellet dengan kadar kalori yang lebih tinggi dengan produk serupa dengan bahan baku kayu,” tuturnya.
“Produk Wood Pellet saat ini dibutuhkan oleh banyak pihak seiring dengan upaya global untuk menurunkan emisi gas rumah kaca menuju Net Zero Emission,” imbuh Heru.