Jakarta, Swatani.id
Meski dikenal sebagai politisi tulen, Syahrul Yasin Limpo, tidak melupakan pertanian. Terlebih atributnya saat ini menjadi Menteri Pertanian dalam Kabinet Kerja periode ke II Presiden Jokowi.
SYL, begitu sapaan akrabnya, mengajak kaum millenial mau terjun ke sawah. Tak melulu kaum paruh baya menjelang tak produktif.
“Jadi profesional di pertanian tidak butuh skill khusus, kecuali tekad dan kemauan,” ujar SYL. Bahkan, lanjut dia, insinyur, dokter, sarjana hukum, terbuka untuk menjadi petani maupun kelompok bisnis tani yang ada.
Mentan pun sangat petcaya millenial punya tekad yang keras dalam mempelajari banyak hal, termasuk di bidang pertanian.
Menurut Mentan pertanian adalah suatu peluang bisnis yang sangat terbuka pada saat ini, didukung oleh ruang dan pendekatan kemajuan teknologi yang begitu pesat.Mentan siap membuka ruang-ruang baru untuk millennial yang tertarik pada bidang pertanian.
Makanya, Maret 2020, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSP) mengadakan pertemuan dengan bersama 30 orang Petani Pengusaha Millennial pembangunan pertanian di Bogor.
Mereka dipilih,karena nilai produksi dan pendapatan mereka sudah masuk kategori sukses. Bahkan banyak yang sudah ekspor.
Lagi pula, petani millenial ini rata-rata usianya dibawah 40 tahun. Duta millennial ini berasal dari petani pengusaha pertanian dari berbagai komoditas, seperti Hortikultura, Peternakan, Perkebunan, Tanaman Pangan, Penangkar Bibit, dan Pengolahan hasil Produk pertanian yang sudah berhasil mereka pasarkan hingga mancanegara.
Salah satunya petani millenial bernama Benua Antartika. Dia salah satu user biogas yang berhasil menggunakan bio-slurry sebagai penopang pertaniannya. Dia juga berperan dalam mitigasi krisis iklim dengan biogas.
Benua dan keluarga memiliki usaha yang diberi nama Hamengku Sekaring Bhumi Farm (pertanian dan peternakan sapi perah), menghasilkan produk seperti kopi, durian, alpukat, susu, dll. Selain itu juga menanam dan menjual rumput odot yang dipupuk bio-slurry padat untuk pakan sapi perah.
Sejak pertengahan tahun 2016, Benua menjadi mitra KUD Kertajaya sebagai penyedia rumput odot untuk pakan sapi perah anggota KUD Kertajaya dengan sistem kontrak. Lahan rumput yang dimiliki seluas 3-4 Ha ditanami odot dan semua hasilnya dijual ke KUD Kertajaya. Rumput dibeli dengan harga pasar antara Rp 300 – Rp 450/kg odot.
Harga rumput tergantung musim, di saat kemarau harga rumput mahal sedangkan di musim hujan harga rumput cenderung turun. 1 Ha lahan bisa menghasilkan 5.000 kg (kemarau) sampai 7.000 kg (penghujan) odot.
Keuntungan bersih dari menjual odot sekitar Rp 40.000.000/tahun. Karena odot dipupuk menggunakan bioslurry padat sehingga menghemat biaya untuk membeli pupuk NPK sekitar Rp 2.280.000/tahun dan penghematan pengeluaran untuk membeli pupuk Urea sekitar Rp 465.000/tahun.
Di rumah, Benua juga membuka Gerai Rumput Odot yang juga menjadi mitra KUD Kertajaya sehingga hanya melayani pembelian rumput odot khusus ke anggota koperasi.
Benua juga merasakan langsung penghematan tabung LPG dari penggunaan biogas, karena setiap hari harus memasak makanan untuk 15 orang (5 orang anggota keluarga ditambah 10 orang yang bekerja di kandang dan ladang) dan untuk memanaskan air jika mau memerah susu serta menyeterilkan peralatan perah sehingga bisa menghabiskan 1 tabung LPG 12 kg dalam waktu 3-4 hari. Total 8 tabung LPG dalam 1 bulan. Harga per tabung LPG 12 kg sekitar Rp 150.000. Sehingga total pengeluaran untuk membeli LPG Rp 1.200.000/bulan, sekarang tidak perlu membeli LPG lagi karena sudah ada biogas. (***)