Rembang, Swatani.id
Potensi hasil pertanian mangga di Kota Garam cukup menjanjikan. Pasalnya dalam setahun produksinya mencapai 7.000 – 8.000 ton. Disamping rasanya yang manis, mangga jenis arum manis (Gadung- red), mana lagi (Gomyok-red) dan mangga lokal blungko banyak diminati pasar lokal dan pasar Ibu Kota bahkan beberapa kota besar lainnya.
Budidaya pertanian mangga hampir merata di wilayah Kabupaten Rembang. Luasannya cukup tinggi, sekitar 7.300 Ha. Selain terdapat di areal tegalan dan hamparan, tanaman ini banyak juga ditemui di areal pekarangan – pekarangan rumah penduduk. Namun untuk luasan budidaya pertanian mangga banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Kragan, Sulang, Pancur, Lasem, Sluke dan Pamotan.
Saat ini, hasil produksi mangga arum manis, mana lagi dan mangga lokal blungko, tak hanya bisa memenuhi permintaan kebutuhan pasar lokal, juga mampu bersaing di pasar Ibu Kota seperti; Pasar Induk Cibitung dan Pasar Kramat Jati Jakarta. Disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan pasar dibeberapa kota besar lainnya, yakni, Bandung, Yogjakarta dan Semarang.
Salah satu petani mangga asal Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke Tasmuri menjelaskan, satu pohon mangga jenis arum manis, untuk satu kali musim panen satu pohon tanaman mangga yang subur biasanya menghasilkan mangga sekitar 2,5 kwintal. Sedangkan untuk jenis mangga mana lagi (Gomyok-red) menghasilkan mangga sekitar 5 kwintal dan jenis mangga blungko sekitar 4-5 kwintal dengan volume petik 1-2 kali dalam satu musim.
Menurut petani dan juga pengepul buah mangga yang tinggal di Dukuh Pereng Desa Sendangmulyo RT.01 / RW 02 ini mengatakan, dalam satu musim satu pohon mangga arum manis dan mana lagi dan blungko bisa dipetik 3- 5 kali. Biasanya dilakukan pada bulan Mei, Juli,September , November dan akhir Desember atau awal Januari.
“Dalam 1 hektar terdapat sekitar 100 pohon mangga. Jenis mangga arum manis dan mana lagi paling banyak diminati konsumen, dibandingkan mangga, kopyor dan mangga golek,” kata Tasmuri kepada Swatani.
Harga jual mangga arum manis lokal berkisar Rp. 7 ribu – 10 ribu perkilogramnya. Harga tinggi biasanya Maret sampai dengan Juli. Sedangkan Oktober sampai dengan Nopember harga turun hingga 3 ribu perkilogramnya.
“Ini karena produksi mangga pada bulan- bulan itu tinggi. Semakin banyak produknya maka semakin turun hanrga jualnya,” tandasnya.
Kemudian, pada akhir Desember dan awal Januari harga jual mangga naik kembali, berkisar Rp. 5 ribu – 6 ribu. Hal ini disebabkan hasil produksi mangga berkurang. Pengepul memasarkan produk mangga ke Pasar Induk Cibitung dan Kramat Jati Jakarta , juga beberapa kota besar lainnya, seperti; Bandung, Yogjakarta dan Semarang. Harga jual mencapai Rp.15 ribu – Rp. 20 ribu perkilogramnya mengikuti harga pasar yang ada.
Untuk menghemat biaya pengiriman, Pengepul biasanya memanfaatkan truk Balen (tampa muatan). Untuk memudahkan pengiriman, pengepul mengemas mangga kedalam kotak kayu berukuran 50 cm x 40 cm. Satu kotak kayu mampu menampung 50 kilogram mangga . Dalam satu kali pengiriman, pengepul mampu mengirim 100-125 peti mangga ke luar daerah.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang Desti Muryadi dihubungi melalui WA kepada swatani menjelaskan, luasan tanaman mangga di Kabupaten Rembang Kurang Lebih 7.300 Ha. Selain terdapat di tegalan dan hamparan, juga banyak ditemui di pekarangan rumah penduduk.
“Wilayah budidaya pertanian mangga di Rembang hampir tersebar merata di setiap kecamatan ada tanaman mangga. Jenis tanaman mangga yang dibudidayakan petani di Rembang, paling banyak mangga arumanis (Gadung), ada jenis manalagi dan mangga lokal blungko di Kragan,” kata Desti.
Ia menyatakan, jumlah produksi mangga pertahun rata- rata 7.000 – 8.000 ton. Penghasil produksi buah mangga terbanyak di Rembang berasal dari wilayah Kecamatan Kragan, Sulang, Pancur, Lasem, Sluke dan Pamotan.
Menurut Desti, hambatan petani di Rembang dalam budidaya tanaman mangga, beberapa tanaman sudah tua perlu peremajaan. Mengandalkan pengairan tadah hujan dan pengendalian OPT lalat buah serta penggerek batang.
Desti mengatakan, ada dukungan bantuan anggaran dari pemerintah. Pada tahun 2020 ada dukungan kegiatan pengembangan mangga seluas 20 Ha dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian di Kecamatan Kragan dalam bentuk Saprodi (Bibit dan Pupuk).
Menurut Desti, wilayah pemasaran produksi buah mangga menjangkau ; Jakarta, Yogyakarta dan Semarang. melalui jaringan para pengepul yang berada hampir di setiap kecamatan. Sejauh ini produk ini
Belum mampu untuk memenuhi ekspor karena perlu penerapan SOP dan GAP untuk meningkatkan kualitas produksi buahnya agar bisa bekerjasama dengan eksportir.
“Pemerintah mengadakan pelatihan pengendalian hama terpadu dan budidaya tanaman sehat di kecamatan lasem sluke dan kragan,” jelasnya. (Sutrisno/Rbg).