Jakarta, Swatani.id
Komitmen Kementerian Pertanian untuk menjaga ketahanan pangan serta regenerasi petani mulai nampak terlihat hasilnya. Di beberapa daerah mulai bermunculan petani-petani milenial dengan berbagai produk pertanian yang dikembangkan. Melalui tangan mereka, produk pertanian yang sebelumnya mendapatkan stigma tradisional, sekarang sudah lebih modern dan kekinian.
Para petani milenial saling berbagi semangat untuk terjun di bidang pertanian pada acara Tik-Talk (Tani Inspiratif Kekinian Talkshow) dengan tajuk “Bisnis Pertanian Itu Asyik” yang digelar di Gedung PIA Kementan, Jakarta, Jumat (4/12/2020).
Didi Kurniasandi, misalnya, petani milenial yang berkonsentrasi pada komoditas labu madu menjelaskan, pertanian adalah usaha yang tidak akan mengalami surut, karena pertanian saat ini memang dibutuhkan. Didi pun mengajak kaum muda agar terjun ke dunia pertanian.
“Pertanian itu sangat asik, ga melulu dengan cangkul, kan bisa dengan mesin atau traktor.
Kita di pertanian itu harus coba dulu, lima puluh persen berhasil atau tidak. kalau tidak mencoba berarti seratus persen gagal. Peluang ini sangat besar di agribisnis, selama manusia membutuhkan makanan, pertanian pasti jaya.” kata Didi.
Senada dengan yang Didi, founder jamu ‘Mbak Suni’, Baghcandani, menyampaikan bahwa untuk menggeluti bidang pertanian ada banyak jalan yang dilalui untuk berhasil, salah satunya dengan menggunakan media digital marketing.
“Sekarang digital marketing lagi on-on nya, kita ngga perlu ngeluarin banyak modal, kita e-commerce dan kita menggunakan medsos, tidak menggunakan biaya tinggi. Kita bisa aja pake influencer misalnya. Untuk menggeluti bisnis di pertanian, pasti ada jalannya. Semuanya dilakukan dari hati, karena yamg keluar dari hati akan bertahan lama,” ungkapnya.
Konsep pemasaran pada penanganan pasca-panen usaha pertanian pun diulas oleh Baghcandani untuk mengubah mindset konsumen agar dapat menerima hasil olahan produk pertanian yang dihasilkannya.
Mengembangkan varian dari jamu yang dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang, daun-daunan, kulit batang, dan buah lainnya untuk dikemas menjadi produk yang menarik.
“Gimana caranya orang ngga takut sama jamu dan mau mencoba jamu kita, secara psikologi jamu kita bawa ke jamu yang rasanya enak seperti kunyit asem, beras kencur, kita develop dengan teknik nyampur-nyampur dengan rasa kekinian,” imbuhnya.
Pun dengan Yosef, yang menggeluti usaha sebagai tenaga profesional penyedia jasa dan konsultan hidroponik menyebutkan bahwa pada saat pandemi ini sektor pertanian adalah bidang usaha yang sangat menjanjikan bagi kaum muda.
“Kini siapa sih yang ngga butuh pertanian, di masa Covid-19 ini pertanian jadi usaha yang paling menjanjikan untuk kita.” kata Yosef.
Yosef menambahkan pengembangan konsep usaha pertanian bisa digabung dan kembangkan dengan permintaan yang kekinian sesuai dengan keinginan pasar.
“Cafe dengan desain tanaman yang enak dilihat, ngga usah yang mahal. Hidroponik di depan halaman cafe dengan hijauan dari hidroponik dan tambahan gemricik air, itu menjadi poin. Mau sayuran daun atau sayuran buah, selada, pakcoi, tomat, terong, pokoknya semua tanaman jenis buah sayur yang bisa.” paparnya.
Terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri menyampaikan bahwa petani milenial merupakan kunci utama dalam menjaga kelanjutan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, Kuntoro beharap petani milenial dapat menjadi inspirasi bagi seluruh anak muda Indonesia.
“Bisnis pertanian selalu menjanjikan, bahkan disaat pandemi ini. Pertanian itu penting, apalagi dengan semangat kaum muda, karena dengan semangat usaha kita dapat membangun ketahanan pangan, semoga bisa dicontoh oleh yang lainnya,” pungkasnya.**