Cuaca Tak Menentu, Petani Tembakau Kota Garam Galau

Rembang, Swatani.id 

Petani tembakau di Kota Garam dihadapkan dengan cuaca yang tak menentu pada musim tanam tahun ini. Kondisi hujan panas yang insten seperti saat ini berpengaruh terhadap proses pembibitan. Akibatnya  bibit tak maksimal.

Belum lagi tembakau yang mulai dipetik, apabila terkena air berpengaruh terhadap kualitas produksi tembakau menjadi kurang bagus. Intensitas hujan tinggi juga mengakibatkan tanaman tembakau dibeberapa wilayah di Rembang banyak terendam air.

Seperti yang dialami sejumlah petani di Desa Logung Kecamatan Sumber. Areal tanaman tembakau seluas sekitar 2 hektar terendam air. Kerugianpun ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

“Tanaman tembakau terancam mati karena terendam air. Sementara biaya yang dikeluarkan cukup banyak,” kata Suparmin petani setempat.

Menurut Jarwono Sekretaris Kelompok Tani Mekarsari I Desa Sumber sebelum terendam air petani tembakau melakukan pemupukan selama 2 kali. Modal yang dikeluarkan juga cukup banyak.

“Akibat hujan terus-menerus, tanaman banyak yang mati,” tuturnya.

Cuaca tak menentu juga mengakibatkan petani galau. Pasalnya biaya yang mereka keluarkan terbilang banyak. Bagi sejumlah petani di Kota Garam menanam tembakau masih cukup menggiurkan, karena hasilnya yang cukup menjanjikan. Jika beruntung sekali panen bisa mencapai puluhan juta rupiah.

“Di Rembang saat ini ada yang mulai tanam dan mulai panen. Tiga bulan –empat bulan gudang pembelian sudah buka,” kata Kabid Hultikultura pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Rembang Ika Himawan.

Kuota tembakau di Kota Garam hingga kemarin belum ada tambahan. Sebaliknya penerunan kuota. Namun presentasinya belum jelas. Karena tahun ini belum terdata. Masih proses.

“Itu  karena kebijakan dari Sadhana, “ ujarnya.

Sementara di Rembang ada dua tembakau yakni marem I dan marem II. Menurutnya animo petani kurang bagus untuk marem II karena lebih susah dari pada  marem I. Termasuk dari sisi pemupukan. Meski dibuat ketar-ketir cuaca pihaknya berharap kualitas panen masih bisa bagus.

“Mudah-mudahan tidak. Rembang memang cepat, panas juga banyak. Rekomendasi Petuga Penyuluh Lapangan (PPL) gotnya dibuat agak dalam supaya air mudah mengalir dan cepat menghilang,” keterangannya.

Pihaknya melakukan pantaun secara rutin. Apakah ada kebanjiran atau atau mati bisa ditindak lanjuti. Seperti tahun lalu di Gilis, Sarang ada kebanjiran beberapa hektare. Diajukan bantuan pupuk. Untuk tahun ini masih dilakukan pemantauan.

“Sebagaimana gambaran tembakau cukup menjanjikan. Harganya rata-rata Rp. 25 ribu/kg. Satu petani rata-rata bisa menghasilkan 2,5 ton. Jika dihitung pendapatan petani bisa tembus Rp. 50 juta, dengan modal hampir setengahnya. (Sutrisno)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *