Jakarta, Swatani.id
Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengedukasi masyarakat mengenai strategi pemenuhan kebutuhan jagung nasional melalui bimbingan teknis dan sosialisasi Propaktani guna mencari solusi untuk meningkatkan produksi jagung hingga ekspor. Kebijakan terkait percepatan pengembangan jagung telah disiapkan dengan menetapkan strategi pengembangan jagung menuju swasembada berkelanjutan.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan saat ini harga jagung cukup menjanjikan, dilihat dari saat panen rayapun harga masih bertahan. Untuk terus meningkatkan produksi jagung, ke depan harus selalu ada inovasi dalam pengembangan budidayanya.
“Misal gunakan varietas unggul, dan sekarang petani sudah lebih bijak. Kemudian penggunaan pupuk, ini tolong dikurangi dan ganti dengan teknologi. Pun harus dilakukan antisipasi hama dan kegiatan panen sangat dibutuhkan alat pengering khususnya saat musim hujan, selanjutnya pasca panen,” kata Suwandi di Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Sementara itu, dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, Perwakilan Direktorat Serealia, Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Arnen Sri Gemala mengatakan saat ini jagung bisa disebut sebagai komoditi seksi yang banyak dicari orang karena memiliki 41 jenis olahan hilirisasi. Disamping dimanfaatkan bijinya, jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai penghasil bee pollen, sumber energi, kompos, pakan ternak, pembiakan mikoriza dan bahan dasar pembuatan kertas.
“Di tahun 2022 produksi jagung nasional ditargetkan mencapai 23 juta ton. Untuk mencapai hal tersebut, Direktorat Serealia telah menyusun skenario pencapaian yang antara lain terdiri dari pelaksanaan bantuan Kegiatan Pengembangan budidaya jagung wilayah khusus, pengembangan jagung untuk pangan, perluasan areal tanam baru jagung H
hibrida, food Emestate dan integrated farming serta swadaya petani,” sebut Arnen.
Direktur Ketersediaan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Budi Waryanto, mengatakan bahwa untuk meningkatkan produksi jagung nasional, sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Teknis di Kemenko Perekonomian dan Setkab, Kementan telah menentukan 6 lokasi untuk peningkatan produksi jagung nasional. Yaitu di Provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Utara.
“Total luas lahannya 141.000 hektar di mana yang seluas 86.000 hektar merupakan areal tanam baru,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Kemenperin, Emil Satria menyebutkan ada beberapa kunci utama untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani jagung. Yaitu penyiapan lahan sesuai kondisi lahan, gunakan varietas jagung hibrida berpotensi hasil tinggi dan sesuai dengan agroeksosistemlahan, gunakan sistem tanam legowo dan populasi yang optimal (71,000 sampai 90.000 tanaman/ha).
“Kemudian, pemupukan sesuai peluang hasil dan kemampuan lahan atau kesuburan tanah yakni kombinasi pupuk anorganik dan organik, pemberian air, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit utama,” tutur Emil.
Penggunaan benih bermutu tidak dapat dipisahkan dari upaya peningkatan produksi dan produktivitas. Haryanto petani dari lampung menjelaskan benih merupakan modal awal dalam budidaya , yang menghabiskan 20-30% dari total biaya. Jika ada yang salah dengan benih yang kita tanam, maka perlakuan budidaya yang lainnya juga akan sangat berpengaruh.
“Benih bermutu dipersyaratkan memenuhi 4 elemen mutu benih, di Indonesia dinyatakan dalam sertifikat atau label benih,” katanya.