Jakarta, Swatani.id
Kementerian Pertanian (Kementan) menggairahkan pengembangan ubi cilembu, mulai dari budidaya, produk olahan hingga pasar ekspor. Komoditas pangan ini memiliki potensi pengembangan yang menjanjikan mengingat sudah menjadi komoditas ekspor, tren ekspornya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Menindaklanjuti hal ini, Kementan bersama Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) menggelar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani episode ke-606 dengan tema Pengembangan Potensi dan Branding Strategy Ubi Cilembu sebagai Pangan Alternatif, Kamis (1/9/2022).
Leader Team Propaktani, Ugi Sugiharto mengatakan dalam mendukung penguatan pangan menghadapi tantagan global dan program ekspor tiga kali lipat, Kementan mendorong mengembangkan ubi cilembu dengan konsep kawasan melalui korporasi petani. Hal tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya atensi masyarakat terhadap ubi cilembu, bahkan ubi cilembu juga sudah memiliki pasar ekspor baru di Korea.
“Sehingga, diperlukan adanya pengembangan sampai tahap pengolahan dan hilirisasi agar produksi dan produktivitas ubi cilembu semakin berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan pasar,” kata Ugi.
Bersamaan, Ketua Umum ISWI, Retno Sri Endah Lestari menyebutkan ubi cilembu memiliki manfaat yang luar biasa sehingga menjadi peluang dalam pengembangannya hingga ekspor. Kandungan yang terdapat dalam ubi cilembu terdiri dari serat, kalori, antioksidan, mineral dan vitamin. Kandungan-kandungan tersebut sangat berguna untuk kesehatan dan kecantikan.
“Salah satu pemanfaatan ubi cilembu yaitu dengan dibuat menjadi tepung granula ubi jalar yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kue kering, roti tawar, es krim, jenang, kue basah, dan mie kering,” ungkapnya.
“Dan sudah banyak aneka makanan kekinian yang berbahan dasar ubi cilembu, misalnya roti goreng ubi cilembu isi meisis atau keju mozarela, biji salak ubi madu, ubi ondel, kue lumpur, kripik, dan roll egg ubi madu,” pinta Retno.
Ketua I ISWI, Euis Saadah menambahkan pengolahan ubi cilembu sampai saat ini sudah sangat berkembang. Jika zaman dahulu cara mengonsumsi ubi cilembu hanya dengan dikukus ataupun dibakar, saat ini dengan penggunaan teknologi tepat guna ubi cilembu dapat diolah menjadi beragam produk termasuk madu ubi cilembu. Menurutnya, selain tentang pengolahan ubi cilembu yang sudah berkembang pesat, perlu difokuskan juga terkait pengemasannya untuk meningkatkan branding ubi cilembu agar semakin dikenal dan disukai masyarakat.
“Untuk meningkatkan brandingnya dapat melalui desain kemasan. Harus dibuat kemasan yang efisien agar mudah mengonsumsinya dan tentu saja harus menarik,” terang Euis.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Agung Karuniawan menuturkan ada beberapa langkah dalam pemuliaan ubi cilembu, yaitu eksplorasi dan koleksi plasma nutfah, karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah, seleksi tetua berdasarkan karakter agronomi dan morfologi, persilangan, seleksi, uji daya hasil dan multilokasi serta pelepasan varietas. Adapun eksplorasi dan koleksi plasma nutfah bertujuan untuk meningkatkan kapasitas genetik pada tipe baru ubi jalar madu agar ubi jalar madu tidak mengalami penurunan produktifitas karena perubahan iklim serta serangan hama dan penyakit.
“Adopsi teknologi dan praktik pengembangan, konservasi dan penggunaan materi genetik yang lebih baik akan membantu memperkuat kapasitas produktif, membangun ketahanan bioproduksi tradisional dan menciptakan sistem pertanian berkelanjutan,” terang Agung.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan, ubi jalar merupakan pangan lokal yang sangat berpotensi dikembangkan baik aspek budidaya maupun hilirisasinya sehingga menjadi salah satu komoditas andalan ekspor. Pada tahun 2022 ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui stimulan bantuan pemerintah mengalokasikan pengembangan 2.000 hektar di beberapa lokasi di Indonesia.
“Mari kita manfaatkan pangan lokal, pangan lokal itu punya nilai gizi tinggi. Tinggal bagaimana kita bisa mengolahnya supaya ada nilai tambah dan sudah ekspor ke Korea,” ucap Suwandi.
Adapun lokasi pengembangan ubi jalar melalui bantuan pemerintah tahun 2022 salah satunya di Jawa Barat dengan luasan lahan sebesar 900 ha yang tersebar di Purwakarta, Bogor, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Sumedang, Majalengka, Sukabumi, dan Bandung Barat.