Palembang, Swatani.id
Komoditas Kelapa berkontribusi cukup besar sebagai sumber devisa negara dari sisi ekspor. Saat ini kelapa berada pada peringkat ke 4, sebagai penyumbang devisa setelah sawit, karet dan kakao.
Mengacu pada data BPS, hingga triwulan ke-3 tahun 2020, ekspor kelapa Indonesia sebesar 1,53 juta ton atau senilai USD 819,26 juta. Angka volume ekspor ini tercatat meningkat 14 persen dan 27 persen dari sisi nilai ekspor dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Saat ini sebagian petani besar kelapa memproduksi kelapa dalam bentuk kopra, sedangkan potensi produk turunan kelapa lainnya baik produk utama maupun produk samping sangat besar.Sementara itu Direktur Jenderal Perkebunan, Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc mengungkapkan, kegiatan Focus Group Discussion (FGD), mengambil tema “Peningkatan Akses Pasar Serta Pengembangan Produk Utama dan Produk Samping Kelapa Berbasis Kelompok Tani”, merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk ke-2 kalinya.
Ini merupakan rangkaian pertemuan di 2 wilayah sentra produksi kelapa. Pada tanggal 24 September yang lalu di Manado, kita melaksanakan kegiatan untuk sentra kelapa wilayah timur termasuk Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, sebagian sedangkan pada hari ini untuk sentra produksi wilayah barat termasuk Sumatera dan Jawa, “kata Subagyono di Palembang, Rabu (11/11/2020), seperti dikutip dari http://ditjenbun.pertanian.go.id/.
Dirjen Perkebunan menyebutkan, melalui FGD kelapa ini, yang tidak hanya masalah nilai tambah dari produk kelapa saja, melainkan bagaimana mencari pasarnya, serta meningkatkan akses pasarnya, ”ujarnya.“Dalam FGD ini, kita juga mengundang Atase Perdagangan Beijing China, untuk membicarkan potensi pasar dan hambatan ekspor produk kelapa Indonesia terutama di masa pandemi Covid-19. Sebab China adalah salah satu negara tujuan ekspor terbesar kelapa Indonesia, ”ungkap Subagyono. Untuk itu, Direktorat Jenderal Perkebunan yang terus melakukan upaya-upaya akselerasi peningkatan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) melalui peningkaran produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida), tentunya dengan mengedepankan penguatan kelompok tani berbasis korporasi di Kawasan pengembangan.
“Melalui penguatan kelembagaan petani, ini akan ada jaminan standarisasi kualitas dan keberlanjutan usaha, peningkatan kesejahteraan petani sebagai outcome yang harus kita tuju,” ujarnya.
Pihaknya juga berharap tercapainya kesepakatan kerjasama pada FGD kelapa yang akan ditandatangani. Sehingga mampu mendorong percepatan ekspor sehingga pada triwulan ke-4 tahun 2020, berdampak terhadap perekonomian negara untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi, terutama di sektor pertanian.Ditambahkan lagi, hingga TW ke-3 tahun 2020 ini, hanya sektor pertanian secara tahunan tumbuh positif 2,15 persen terhadap PDB nasional menurut lapangan usaha, dan sub sektor perkebunan turut berkontribusi besar terhadap Nilai PDB sektor pertanian.
Hal senada juga disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi M.Sc. Dalam pemaparannya bahwa tantangan pengembangan kelapa nasional tidak hanya produktivitas produktivitas. Tetapi juga nilai tambah yang sangat butuh perhatian yang besar.
“Pandemi ditengah ini, pada hakikatnya produk kelapa seperti VCO semakin meningkat kebutuhannya karena memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh,” ungkapnya.
Lanjut Dedi, perlu inovasi-inovasi yang lebih baik lagi di sisi petani dan pelaku usaha, agar produk kelapa ini mendapat branding yang positif dalam hal pemasarannya. Juga sabut kelapa / coco fiber yang memiliki potensi sangat besar untuk bahan baku industri jok dan dashboard kendaraan, media tanaman dan alat rumah tangga lainnya. Tidak kalah potensinya untuk bahan bakar adalah arang yang saat ini banyak diminati di negara Kawasan timur tengah dan Eropa, jelasnya.“Peningkatan daya saing produk perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan di samping melalui kegiatan promosi, juga melalui upaya upaya diplomasi perundingan baik dalam skema PTA, FTA atau CEPA yang sedang dijalankan dan dilakukan upaya inisiatif baru dengan negara lain secara bilateral dan regional,” paparnya.
Dedi menyebutkan, teknologi informasi akan menjadi suatu kepatutan dalam sistem perdagangan komoditas. Penggunaan IT dalam bentuk Marketing Platform Online juga diharapkan dapat mendukung untuk setiap aktivitas Promosi, tambahnya. (hms)