Rembang, Swatani.id
Hujan lebat disertai angin kencang sepekan terakhir mengakibatkan tanaman padi siap panen roboh.
Tanaman padi seluas 1,5 hektar milik Mastur petani Desa Jatisari Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang roboh disapu angin kencang Kamis (25/2).
Di bulan sebelumnya (Januari), puluhan hektar tanaman padi milik sejumlah petani di Desa Sendangmulyo – Sluke juga roboh diterjang angin kencang.
Namun kerusakan tanaman padi terparah milik Suli petani setempat.
Akibat kejadian itu, petani mengalami kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah
Sejumlah petani terpaksa melakukan panen lebih awal meski cuaca masih hujan. Hal itu dilakukan petani untuk mencegah kerugian yang lebih fatal.
Di wilayah Rembang, Februari hingga Maret mestinya masa musim panen pertama. Namun akibat cuaca hujan yang tak kunjung reda belakangan ini sebagian petani menunda panen, sebab jika dipaksakan kualitas gabah yang dihasilkanl juga akan kurang maksimal.
Apalagi, untuk proses pengeringan gabah setelah panen umumnya petani di Rembang hanya mengandalkan panas matahari. Sementara dalam kurun waktu Januari hingga akhir Februari intensitas hujan turun cukup tinggi.
Umumnya petani menjual hasil panen mereka kepada tengkulak dengan sistim borong. Cara ini bisa meringankan beban biaya tenaga kerja (HOK) dan beban biaya lainnya.
Salah satu petani setempat Matrukin mengatakan untuk mengurangi kerugian yang lebih parah tindakan yang dilakukan petani panen lebih untuk mengurangi kerugian.
“Padi kalau sudah roboh perawatannya sulit kalau tidak segera dipanen pertumbuhan tanaman juga tidak maksimal,” katanya.
Kerugian yang dialami petani jika tanaman roboh per hektar diperkiran mencapai 7 juta ini karena kualitas gabah yang dihasilkan kurang maksimal.
“Harga jual gabah untuk kualitas normal mencapai Rp. 4 ribu perkilogramnya. Sedangkan untuk kualitas yang kurang normal harga jualnya hanya Rp. 3 ribu,” jelasnya. (Sutrisno)