Jakarta, Swatani.id
Gaya food estate adalah gaya yang bagus untuk dijadikan percontohan di masa mendatang untuk mensejahterakan petani. Demikian disampaikan Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam pembukaan FGD Strategi Peningkatan NTP 2021-2022, Kamis (6/5/2021).
Kedepan menurut Mentan tidak boleh lagi ada petani yang hanya single komoditas. Intervensi pertanian sebaiknya dilakukan meski lahan petani tidak luas, bahkan sekitar pekarangan rumah bisa menjadi kebun, sehingga dari rumah sendiri petani bisa menghasilkan uang.
“Kalau gitu intervensi pertanian harus dilakukan. Yang suka cokelat kasih tanam cokelat, suka kacang kasih tanam kacang. Saya juga berharap ada konsepsi yang bisa dikembangkan. Misalnya kita punya nanas, markisa, sirsak mangga dan buah lain yang unggul luar biasa,” tegas Mentan.
Dengan harga yang baik, dan konsepsi yang tepat, bila dalam satu kecamatan saja bisa dikembangkan secara skala ekonomi, maka pemerintah bisa mendorong industrinya ada. Mentan ingin Pemerintah mengaturnya dalam skala ekonomi saja, karena KUR juga telah tersedia.
Selain itu, Mentan mengajak para petani untuk berbuat dan bertekad tidak menyerah pada cekaman musim dan lingkungan di sektor pertanian. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempercepat mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Dengan pendekatan ilmu dan teknologi pertanian, segala kekuatan manusia untuk dapat merekayasa lingkungan pertanian seperti tanah, cuaca dan iklim mikro tanaman perlu dilakukan, sehingga pada saatnya nanti, petani tidak perlu tergantung pada hujan baru mereka mulai bertanam dan kondisi alam lainnya.
“Kalau mau airnya turun tinggal gunakan teknologi saja kan bisa. Jadi bertanam setiap hari juga bisa. Artinya Kita tidak perlu lagi tunggu musim hujan atau musim panas baru kita mulai tanam. Sekarang Kita punya teknologi yang bisa mengatur itu semua, seperti rumah kaca dan pengaturan cuaca” katanya.
Kementan memiliki kebun hortikukultura yang sudah didukung dengan kemampuan teknologi. Kebun tersebut adalah konsep smart green house yang dalam setiap musim tanamnya yang tidak pernah kekurangan air maupun suplai nutrisi.
“Jadi, yang terjadi sekarang itu kan petani serempak menanam padi tanpa berpikir menanam jagung. Padahal jagung juga dibutuhkan dan menguntungkan. Tapi kalau dengan rekayasa iklim, baik padi maupun jagung dan lainnya bisa kita tanam bersamaan,” katanya.
Intinya, kata Mentan, petani Indonesia tidak boleh miskin secara terstruktur karena masih berkutat pada urusan harga komoditas tertentu. Sebaliknya petani Indonesia harus kaya terstruktur karena berpikir inovatif, kreatif dan maju ke depan.