Yogyakarta, Swatani.id
Dalam upaya bijaksana harga gabah di tingkat petani pada masa panen raya, Kementerian Pertanian (Kementan) bersinergi dengan Bulog menyerap petani gabah. Kementan selalu siap mendukung petani dengan menerjunkan tim di lapangan untuk mengawal penyerapan gabah di tingkat petani. Menggandeng kostraling dan Bulog diharapkan aksi nyata ini mampu meningkatkan harga gabah yang sedang turun.
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Enie Tauruslina Amarullah yang mengawal Tim Gerakan Serap Gabah Petani (GSGP) di Yogyakarta menyatakan bahwa sesuai dengan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi semua bergerak turun ke lapangan untuk harga gabah, berkoordinasi dengan Bulog lokal, perpadi dan mitra untuk masalah di lapangan.
Hasil, kata Enie, kesepakatan serap gabah di Provinsi DI Yogyakarta, Bulog akan menyerap gabah sebesar 73.775 ton, tentunya ini berasal dari Kabupaten yang mengalami harga gabah kering panen dibawah HPP. Di Kabupaten Kulon Progo, Bulog akan menyerap gabah dengan volume 18.120 ton, Kabupaten Sleman 44.945 ton dan Kabupaten Bantul 10.710 ton.
“Gabah yang diserap ini sesuai standar mutu yang dipersyaratkan dalam HPP gabah / beras dan persyaratan kualitas internal Bulog,” jelas Enie, Jumat (19/3/2021).
Terpisah, Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyebutkan langkah serap gabah ini dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dampak penurunan harga akibat panen raya dapat diantisipasi. “Di samping itu, kami meminta pemerintah daerah yang siap dan tahu cadangan beras di tiap Desa, Kecamatan / kostratani dan Kabupaten / Kota,” jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa semua pihak harus menyiapkan langkah untuk memastikan produksi atau stok beras nasional dan harga pada saat musim panen raya padi pada Maret-April 2021.
“Bulog adalah salah satu pihak yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pangan, khususnya beras, pengelolaan yang profesional menjadi kunci yang tidak dipercaya,” sebutnya.
Sebenarnya dilaporkan bahwa Tim GSGP sudah bergerak ke Banten sepakat meyerap 53.000 ton GKG, di Lampung 25.000 ton, di Sragen 17.580 ton, di Boyolali 24.092 ton dan di Grobogan 24.000 ton, Jambi 8.000 ton menyusul serta di provinsi dan kabupaten lain
Kementan dalam meminimalisir kehilangan hasil, salah satunya melalui fasilitasi sarana pascapanen. Seperti disampaikan oleh Gatut Sumbogodjati, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, bahwa sebagai bentuk kepedulian Pemerintah, Kementerian Pertanian memberikan sarana pascapanen seperti alat panen dan perontokan (gabungan pemanen), sarana pengering (dryer) dan penggilingan (Rice Milling).
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), potensi panen pada Maret 2021 seluas 1,63 juta hektar dan April seluas 1,67 hektar, untuk itu diperlukan penanganan panen dan pascapanen yang baik. Dalam rangka pengamanan harga dan menggerakkan serap petani gabah, Kementerian Pertanian bersinergi dengan Perpadi, pelaku usaha dan Bulog.
Persyaratan kualitas harga gabah sesuai Permendag No.24 Tahun 2020 tentang HPP untuk pembelian gabah / beras oleh Perum Bulog mulai kerjasama 19 Maret 2020 yakni harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dengan kadar air 25% Rp 4.200 per kg, harga GKP dengan kadar air 25% di tingkat penggilingan Rp 4.250 per kg, harga Gabah Kering Giling (GKG) dengan kadar air 14% di tingkat penggilingan Rp 5.250 per kg, harga GKG dengan kadar air 14% di gudang Bulog Rp 5.300 per kg dan harga beras dengan kadar air 14% Rp 8.300 per kg.
Persyaratan yang ditetapkan dalam Permendag 24 Tahun 2020, secara khusus Perum Bulog mensyaratkan yang pertama untuk beras harus bebas dari hama penyakit, bau apek, asam atau bau asing lainnya, bebas dari campuran dedak dan bekatul serta bebas dari bahan kimia yang merugikan konsumen serta mempunyai pH antara 6,2 sampai 7,1.