Kendari, Swatani.id
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Kendari memfasilitasi pelepasan ekspor 48 ton biji mete asal Provinsi Sulawesi Tenggara ke negara tujuan ekspor, Vietnam.
Biji mete atau Anacardium occidentale yang diekspor dengan nilai perdagangan sekitar Rp 939 juta ini diberangkatkan melalui Pelabuhan New Port Kendari.
“Ekspor kali ini terlaksana atas kerjasama Pemda Buton Utara dan pengusahanya, kami selaku otoritas karantina memfasilitasi ekspor dengan memastikan biji mete telah memenuhi persyaratan teknis,” kata N. Prayatno Ginting, Kepala Karantina Pertanian Kendari sewaktu-waktu setelah melakukan penyerahan sertifikat karantina atau Phytosanitary Certificate (PC ) di Kendari, Jumat (15/1).
Gubernur Sultra, Ali Mazi yang hadir dan turut menyaksikan pelepasan perdana biji mete diawal tahun 2021 ini memberikan dukungan dan mendorong penuh terhadap upaya peningkatkan ekspor. Gubernur juga menyebutkan, selain biji mete banyak hasil pertanian ekspor unggulan asal wilayahnya, antara lain kopra, kakao, beras, cengkeh, jagung, lada, kemiri dan sarang burung walet.
Potensi dan Peluang Biji Mete
Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Junaidi yang hadir
mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) menyebutkan bawa peluang dan potensi ekspor komoditas asal sub sektor perkebunan ini sangat besar.
Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan secara nasional tercatat adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2020 tercatat 288,3 ribu ton atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2019 yang hanya 141,7 ribu ton saja.
Sementara itu, biji mete asal Indonesia pun telah menjadi langganan di enam negara tujuan, yakni : Vietnam, India, Srilanka, Kamboja, Jerman, Republik Czech, tambah Junaidi.
Untuk data lalu lintas ekspor biji mete di Sultra, Prayatno menyebutkan ekspor biji mete diwilayah kerjanya tercatat rutin dikirim ke negara India dan Vietnam dalam dua tahun terakhir.
Ditahun 2020, volume ekspor biji mete mencapai 103,7 ton dengan nilai perdagangan mencapai Rp 15,5 miliar. “Angka ekspor biji mete Sultra sebesar 0,6% dari total perdagangan domestik biji mete Sultra,” kata Prayatno.
Dikatakan Prayatno lagi, pihaknya mencatat volume biji mete yang dilalulintaskan ke Makassar maupun ke Surabaya di tahun 2020 mencapai 15,6 ribu ton dengan total nilai Rp 80,13 miliar. Selain Kabupaten Buton Utara, terdapat kabupaten lainnya di Sultra yang memiliki potensi ekspor biji mete.
“Penghasil mete di Sultra hampir seluruh kabupaten, khususnya jazirah Muna dan Buton, harapannya juga bisa diekspor. Dengan gerakan tiga kali ekspor pertanian yang digagas Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) kami siap untuk memfasilitasi petani biji mete untuk menangkap pasar ekspor yang lebih besar lagi,” jelas Prayatno.
Sebagai informasi, Gratieks adalah program upaya peningkatan ekspor pertanian yang dikomandani Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil. Melalui gerakan ini Kementan bersama-sama dengan berbagai entittas menargetkan nilai ekspor meningkat tiga kali lipat hingga tahun 2024.
“Ini tidak boleh berhenti, harus berjalan terus, gali terus potensi ekspor komoditas pertanian Indonesia agar produk pertanian kita lebih luas lagi jangkauannya di pasar internasional,” pungkas Junaidi.