Lama Dinantikan Petani, Kementan Hadirkan Penggagas Biosaka di Brebes

Brebes, Swatani.id 

Elisitor Biosaka telah menjamur ke petani berbagai wilayah nusantara berkat upaya yang masih Kementerian Pertanian (Kementan) yang digaungkan langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mewujudkan pertanian ramah lingkungan yang efisien biaya dan produksi terus meningkat. Tak ayal, petani di Kabupaten Brebes yang telah menantikan kehadiran penggagas Biosaka serta Bimbingan Teknis (bimtek) pembuatan, kini kegirangan karena impian itu terwujud.

“Kemarin siang telah dilaksanakan bimtek Elisitor Biosaka yang dipandu langsung Penggagas Biosaka, Muhamad Anshar di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes yang diikuti 60 orang peserta. Semua peserta berhasil dengan menunjukan biosaka yang kemilau alias glowing dan selanjutnya akan diaplikasikan di masing – masing komoditas miliknya,” demikiam dikatakan Slamet petani di Brebes, Rabu (21/6/2023).

Turut ikut membuat biosaka tersebut yakni Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes dan Kepala Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ditjen Tanaman Pangan.

Asep Efendi, anggota Kelompok Tani Sinar Rejeki yang merupakan salah satu peserta Bimtek Biosaka mengaku telah menerapkan Elisitor Biosaka dengan capaian hasil yang luar biasa. Pembuatan Biosaka dilakukan autodidak dengan menonton salah satu channel media sosial yang menampilkan cara pembuatan Biosaka.

“Saya telah menggunakan Biosaka 3 kali musim tanam, hasil luar biasa joss. Oleh karena itu, kami sangat senang hadir langsungnya Pak Anshar mengajari langsung kami. Biosaka yang saya pakai selama ini dari hasil buatan sendiri dengan menonton youtube,” ujarnya.

“Saya berterima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Dirjen Tanaman Pangan dan penyuluh pertanian Kecamatan Songgom. Setiap hari penyuluh Songgom biasanya meremas rumput bikin Biosaka. Ini yang memotivasi kami,” pinta Asep.

Penggagas Biosaka Muhammad Anshar mengatakan kekuatan pikiran sangat berpengaruh pada semua hal yang ada di sekitar, khususnya terhadap tubuh, bahkan pikiran mampu berpengaruh pada kondisi kesehatan manusia. Pikiran yang dijaga tetap positif membuat tubuh lebih sehat dan kuat, sehingga pada saat proses pembuatan biosaka hanya orang-orang dengan pikiran positif yang mampu berhasil membuat biosaka homogen.

“Kekuatan pikiran itu luar biasa Bapak, Ibu sekalian. Pikiran kita akan berpengaruh pada reaksi kimia yang tubuh kita hasilkan, sehingga pada saat meremas biosaka pikiran kita harus positif agar hasilnya koheren. Adapun penggunaan rumput sebagai bahan Biosaka karena rumput merupakan tumbuhan yang adaptif,” tuturnya.

Anshar menyebutkan dalam satu genggam rumput, dapat menghasilkan elisitor Biosaka sebanyak 5 liter dan digunakan pada sawah seluas 4 hektar sampai panen. Khusus pada bawang merah, dosis penggunakan Biosakanya rendah sehingga dapat digunakan pada lahan bawang merah yang lebih luas.

“Dosis pada bawang merah itu kecil sekali, hanya 20 mililter sehingga penggunaanya bisa pada lahan yang lebih luas. Dalam membuat biosaka, kalau sudah sering melakukanya hasilnya pasti bagus. Kuncinya keraguan dalam hati harus dihilangkan dulu. Hati dan pikiran harus tenang dan bahagia,” terangnya.

“Biosaka itu bukan barang pabrikan, tidak bisa dibuat dengan mesin, blender, tumbuk, tidak dijualbelikan, tetapi dibuat sendiri dengan tangan petani. Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, bukan hormon, bukan enzim tetapi elisitor sebagai signaling bagi tanaman. Tidak ada risiko bagi tanaman dan orang, menghemat pupuk kimia sintetis dan pestisida kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, menyuburkan lahan dan menjaga produksi,” tambah Anshar.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan kunci membuat Biosaka adalah hati harus fokus, tulus, selalu bersyukur sehingga potensi selnya bagus dan bisa membuat elisitor Nuswantara Biosaka yang berkualitas. Bagi yang belum mencoba, silakan dipraktikkan terlebih dahulu, diamati, dan dibuktikan sendiri manfaatnya.

“Terlebih saat ini sudah ada bukunya, satu-satunya buku biosaka yang pernah ada, jadikan itu pedoman dan referensi. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk mewujudkan pertanian ramah lingkungkan menghadapi dampak perubahan iklim dan El Nino, penggunaan menjadi salah satu terobosan,” tutur Suwandi.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *