Halmahera Barat, Swatani.id
Maluku Utara merupakan salah satu Daerah berkembang yang saat ini sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang salah satunya yaitu Kabupaten Halmahera Barat kususnya Suku Sahu, mulai dari bidang ekonomi sampai dengan bidang Pertanian. Hal ini dapat terlihat dari banyak Desa yang memiliki segala kekayaan alam dan budayanya, memiliki potensi Pertanian yang begitu luar biasa. Selain itu, memiliki potensi dan sumber daya alam yang Melimpah.
Pembangunan sektor pertanian dirasakan sangat perlu dikarenakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Kegiatan partanian merupakan salah satu sektor non migas yang mampu menopang perekonomian dalam satu Daerah, ini didukung dari moyang-moyang sejak dahulu kala untuk mengembangkan dan mempertahankan kebutuhan ekonomi yg berpindah-pinda (Nomaden).
Tentang Pertanian yang menyebutkan para Petani adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan ladang yang bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara Petani dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah desa, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, meningkatnya rasa peduli terhadap lingkungan sehingga mampu untuk melestarikannya dan mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat, mengingat angka pengangguran tiap Daerah ini cukup tinggi.
Berdasarkan data (Badan Pusat Statistik Maluku Utara; 2019) Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2019 sebesar 87,18 ribu orang (6,91 persen), bertambah sekitar 2,6 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2019 yang sebesar 84,60 ribu orang (6,77 persen).
0leh karena itu diperlukan pengkajian secara mendalam sehingga bisa terlaksana perencanaan untuk pengembangan pertanian secara terukur dan terarah.
Padi ladang sangat potensial untuk pemberdayaan ekonomi rakyat dan mempunyai kegiatan lain atau multiplier effect yang sangat luas.
Konsep pengembangan partanian berbasis masyarakat merupakan langkah efektif untuk menjadikan sektor padi ladang memberikan manfaat yang optimal kepada banyak orang.
Selain itu, untuk mencapai semua tujuan pengembangan padi ladang, harus diadakan promosi agar padi ladang keuntungannya jauh berbeda dengan padi sawa selain itu padi ladang gampang dibudidayakan.
Hal yang paling pertama padi ladang dari Pemerintah terkait yaitu bidang pertanian Halmahera Barat harus banyak mempromosikan padi ladang di Pemerintah Pusat, agar padi ladang banyak dikenal di Indonesia sampai ke Negara-Negara luar. Dan daya tarik Publik dapat lebih dikenal dan mampu mengerakan petani-petani padi ladang lebih bergiat lagi.
Mengembangkan padi ladang sesuai dengan tujan budidaya yang masih bertahan padi ladang sampai saat ini adalah Desa Tatawo dan Hamente.
Menurut Pak Timon Ngamon yang sering disapa paguru Timon, jabatan guru bantu di SD 17 Hal-Bar pendidikan akhir D2 PGSD. Masa tanam sampai dengan panen untuk padi ladang berkisaran 4,5 bulan, untuk keuntungan harga mencapai 1 kg berkisaran Rp15.000 sampai lebih dibandingkan padi sawah yg cmn berkisaran 1kg cuma Rp10.000 -Rp13.000 menurut beliau padi ladang sekali dayung bisa mencapai tujuh pulau untuk melewati ini artinya keuntungan padi ladang bukan hanya hasil beras saja, didalam lahan padi ladang bisa kita sisipkan tanaman semangka, mentimun, rica serta sayur-mayur berbedah dengan padi sawa butuh semai bibit aliran air harus lancar masuk kesawa belum lagi angaran biaya untuk pupuk dan lain-lain dan tidak tahan terhadap kemarau, sedangkan padi ladang tidak membutuhkan pupuk dan bukan cuman itu padi ladang tahan terhadap kemarau.
Untuk pemerintah Halmahera Barat dalam hal ini bidang terkait Pertanian sudah banyak membantu yg dulunya menanam secara tradisional tapi sekarang sd memakai traktor untuk pembongkaran lahan baru dari penanaman sampai panen.
Disini juga menurut beliau pemerintah Halmahera Barat masih jauh kekurangan yaitu, Kurang sosialisasi padi ladang dan penerapannya, Setiap penerapan banyak pemerintah salah sasaran lebih menerapkan padi sawa mendingan padi ladang sedangkan daerah yang masih bertahan seperti Tatawo dan Hamente daerah ketinggian dan susah air. (Andi Ambo Tanjjeng)