Jakarta, Swatani.id
Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat guna melakukan penanganan terhadap Spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) yang merupakan hama jenis baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung. Hama baru ini dikenal dengan sebutan ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) atau Fall Armyworm yang merupakan serangga ngengat asli daerah tropis, sebelumnya hanya ditemukan pada pertanaman jagung di Amerika Serikat, Argentina, dan Afrika.
Tak hanya turun ke lapangan, Kementan pun masif melakukan sosialisasi terkait cara mengetahui dan menangani hama Spodoptera Frugiperda melalui Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani. Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman diupayakan dengan pengendalian yang memperhatikan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hal ini sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa seluruh jajaran Kementan terus berupaya mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan penyakit demi menjaga ketersediaan pangan nasional.
“Prinsipnya, kendalikan hama ini dengan pestisida hayati, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Apa yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pengendali, seperti agensia hayati, ramuan herbal atau campuran bahan alami. Cari bahan sekitar agar bisa hemat biaya. Penggunaan pestisida kimiawi adalah cara terakhir jika tidak ada solusi ,” kata Suwandi pada webinar BTS Propaktani bertajuk Pengelolaan Hama Spodoptera Frugiperda Tanaman Jagung yang dihelat kemarin Senin (6/6/2022).
“Harapannya dengan adanya paparan informasi mengenai pencegahan dan pengendalian hama FAW ini menjadi pembelajaran dan bisa dipraktekkan oleh petani jagung dan yang lainnya,” sambung Suwandi.
Sementara itu, Akademisi UGM, Suputa menyampaikan hingga saat ini dilaporkan sebanyak 76 famili tumbuhan yang terdiri dari 353 spesies telah menjadi inang Spodoptera frugiperda. Inang utamanya adalah Poaceae, Asteraceae, dan Fabaceae.
“Pencegahannya, jangan menanam jagung di luar musim dan hindari penanaman jagung yang terlambat. Bila terpaksa atau keadaan memaksa maka taburkan tanah atau debu atau pasir halus atau abu kayu atau abu gosokatau blawu pada bagian tengah tanaman muda,” ungkapnya.
Suputa menekankan perlu dilakukan pemantauan mingguan sejak benih mulai tumbuh dan lakukan tindakan segera/aksi cepat begitu menemui FAW. Lakukan pengamatan terhadap larva pada bagian tengah tanaman bagian dalam dan lakukan pengamatan gejala serangan.
“Serangan seringkali pada daun bagian tengah tanaman kadang juga pada tongkol. Untuk pengendalian semprotkan insektisida pada bagian tengah tanaman pada pagi buta atau sore menjelang malam hari, malam hari lebih bagus,” jelasnya.
Willing Bagariang, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ahli Muda Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) menjelaskan hama Spodoptera Frugiperda dapat terbang jauh sejauh kurang lebih 100km/malam. Memiliki kemampuan bertelur yang tinggi, dan bersifar polifag. Ngengat ini juga dapat hidup pada wilayah tropis/sub tropis. Jika sudah masuk, tidak dapat dieradikasi.
“Pengendalian Spodoptera frugiperda tidak disarankan hanya mengandalkan pengendalian secara kimia tetapi perlu menerapkan sistem Pengelolaan Hama Terpadu,” paparnya.
“Lakukan pergiliran insektisida untuk mengurangi terjadinya resistensi hama terhadap insektisida dan memperhatikan tingkat efektivitas dan faktor risiko insektisida. Lakukan pengamatan rutin untuk memantau gejala serangan awal S. frugiperda sehingga pengambilan keputusan pengendalian tepat waktu,” tambah Willing.