Nasib Petani Tak Seindah Lagu Koes Plus

Jakarta, Swatani.id

Nasib petani di negeri ini tak seindah lagu Koes Plus, yang baitnya bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu…

Sampai saat ini, bukan lagi rahasia umum, nasib petani tetap ngos-ngosan. Mereka dililit pelbagai masalah. Dari mulai langkanya pupuk, jebloknya harga hingga banjirnya produk lantaran kran impor masih dibuka.

Meski nelangsa, seperti dikatakan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, saat ini kehidupan petani dan nelayan tidak berubah, namun selalu menjadi komponen penyelamat negara, termasuk saat wabah pandemi corona, sektor pertanian terus menggeliat ekspornya.

“Sejak zaman Soeharto, petani berhasil menjaga Indonesia dari parahnya krisis ekonomi tahun 1998. Bahkan, pada zaman itu, petani bisa bertahan karena harga jual produk pertanian meningkat, seperti karet, kopral, dan beras,” tutur mantan Bupati Purwakarta ini.

Malah,saat pandemi ini, lagi-lagi petani jadi penyelamat ekonomi nasional. Satu-satunya sektor ekonomi yang masih tumbuh dibanding yang lain.

Namun, lanjut Dedi, lagi-lagi saat ini harga jual komoditas pertanian jatuh. Petani Indonesia selalu mengalami kerugian. Harga pertanian jatuh.

Penyebabnya, bukan hanya biaya produksi yang mahal, tetapi juga banyaknya orang-orang yang mengambil keuntungan dengan merugikan petani, yaitu budaya impor produk pertanian tanpa mempertimbangkan tingkat kebutuhan di dalam negeri.

“Itu sering terjadi. Karena di situ banyak orang berkepentingan yang mengambil keuntungan sesaat, dapat selisih harga jual antara negara asal dengan Indonesia,” lanjutnya.

Ke depan, dia khawatir, bila sektor pertanian ambruk dan orang malas lagi menekuni dunia pertanian, maka Indonesia akan terus bergantung pada impor.

“Kemudian kalau pandemi seperti ini terjadi lagi, dan negara lain mengunci produknya dan tak menjual lagi ke Indonesia, maka kita berat. Akan kelabakan,” katanya.

Makanya, Dedi minta agar petani pas di
momen Hari Tani Nasional 2020 ini, sudah saatnya negara memberi perhatian khusus dan melindungi petani dari impor produk pertanian.

Lalu meningkatkan ketersediaan pupuk subsidi yang hingga saat ini masih langka. Kemudian teknologi pertanian harus terus dikembangkan dan area pertanian jangan terus digusur untuk kepentingan pemodal.

Berikutnya, sektor hulu pertanian harus dibenahi. Petani membutuhkan air sehingga gunung jangan ditambang terus.

Dedi juga meminta negara melindungi para petaninya, terutama soal kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka. Bila perlu, ada jaminan hari tua bagi petani.

Dedi mengatakan, di negara lain seperti Jepang, petani-petani benar-benar dilindungi. Bahkan kata dia, pesawat di Jepang tak boleh terbang rendah di areal pertanian karena bisa mengganggu pertumbuhan tanaman dan istirahat petani.

Di Jepang juga sudah dibuat undang-undang di mana pewaris pertanian cuma satu sehingga jumlah areal pertanian tidak berubah.

“Ini pesan saya di Hari Tani, sehingga tidak terjadi kebiasaan kalau petani berhasil para pejabat ribut ikut panen dan pesta, padahal dia tidak ikut menanam. Tapi saat petani sedang susah, tidak ada air, tidak ada satu pun pejabat yang menengok,” sindir Dedi soal maraknya pencitraan. (***)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *