Prabumulih, Swatani.id
Gara-gara corona, permintaan buah-buahan meningkat. Maklum, buah-buahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan imun.
Salah satunya, Prabumulih, Palembang, Sumatera, sebagai salah satu daerah sentra nanas dalam negeri ikut kebanjiran permintaan. Itu karena buah nanas Prabumulih sangat membantu masyarakat dengan ciri khas rasa manis dan sedikit asem yang menjadikan buah terasa segar saat dikomsumsi.
Nanas yang banyak dibudidayakan petani di Kota Prabumulih adalah nanas dari jenis Queen yang varietasnya telah dilepas oleh Kementerian Pertanian dengan nama Nanas Prabumulih.
“Nanas prabumulih ini terkenal karena rasanya yang manis dan ukurannya lebih besar dibandingkan nanas dari daerah lain dengan jenis yang sama,” tutur Leknur Iskandar, Kepala Seksi Buah Dinas Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kota Prabumulih dalam tulisan tertulisnya.
Luas pertanaman nanas di Kota Prabumulih saat ini lebih kurang 311 hektare, dengan populasi rata-rata 20 ribu tanaman per hektare. Dengan produktivitas dua kilogram per tanaman, dalam 1 tahun petani bisa menghasilkan sekitar 12.440 ton nanas.
Sentra nanas di Kota Prabumulih terdapat di Kecamatan Prabumulih Timur (Kel. Karang Jaya dan Kel. Muara Dua) dan Kecamatan Cambai (Kel. Sungai Medang, kel. Sindur dan Desa Pangkul).
Harga nanas di tingkat petani bervariasi, berdasarkan grade atau ukurannya. Harga buah nanas dengan grade A berkisar Rp 7.500 – Rp 12.500, grade B Rp 5.000 – 7.500, dan grade C Rp 1.500 – 5.000.
“Petani biasa memasarkan hasil nanasnya ke pasar induk Jakarta, Lampung, Jambi, Palembang, dan daerah sekitar Sumatera Selatan,” ujar Leknur.
Permintaan nanas Prabumulih pada saat ini meningkatkan tajam dibandingkan tahun lalu. Menurut Leknur, hal ini ditenggarai selain untuk kebutuhan Ramadhan olahan selai, juga imbas dari pandemi Covid-19 dimana masyarakat banyak mengkonsumsi nanas sebagai sumber vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh.
“Saat ini kami hanya bisa memenuhi sekitar 40 persen sampai 55 persen (sekitar 8.000 buah per minggu) dari permintaan pasar,” tutur Saad salah seorang pedagang pengumpul nanas di Prabumulih.
Terpisah, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi, menyatakan bahwa Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendukung pengembangan kawasan nanas di Kota Prabumulih. Yakni melalui APBN selama tiga tahun.
“Kami telah memfasilitasi pengembangan kawasan pengembangan nanas didaerah tersebut, yaitu pada tahun 2017 seluas 25 hektare, 2018 seluas 25 hektare dan tahun 2019 seluas 15 hektare,” ujar dia.
“Bantuan tersebut termasuk bantuan benih bersertifikat dan saprodi untuk mendukung pelaksanaan budidayanya,” tambahnya.
Sementara, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa nanas merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor nasional. Produksi nasional nanas tahun 2019 sebanyak 2,1 juta ton, meningkat 21,65 persen dibanding tahun 2018 sebesar 1,8 juta ton.
Sementara ekspor nanas sepanjang tahun 2019 mencapai 236 ribu ton atau sekitar 2,85 triliun rupiah yang didominasi bentuk olahan atau nanas kalengan.
Negara tujuan ekspor nenas antara lain Jepang, Hongkong, Korea, China, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Kanada dan Jerman, jelas pria yang akrab dipanggil Anton ini. “
“Kami akan terus berkomitmen dalam meningkatkan produksi dan mutu buah-buahan yang ekspor termasuk nanas ini, melalui fasilitasi dari on farm hingga off farm atau perluasan pasar,” pungkasnya. (***)